Senin, 21 November 2011

CERPEN HIDUPKU SEWAKTU KECIL


16 Agustus 1994 aku lahir di dunia yang amat sangat keras ini, dan sebagai hadiah kegembiaraan yang mungkin diberikan Alloh SWT kepada anggota keluargaku tercinta.Tangis pertamaku sebagai tanda bahwa aku baik-baik saja. Tapi, sebelum aku bercerita panjang lebar perkenalakan namaku Yahya Satriya Atmajaya, tapi panggilanku Yahya. Dan Ibuku Siti Marijam sedangkan Ayahku yang sangat aku sayangi Rasid Haryanto, Kakakku satu-satunya.
Saat aku lahir dengan tangisku yang keras Ayah, Ibu dan seluruh anggota keluargaku menangis haru atas kelahiranku. Kata ibuku aku dulu bobotnya ketika lahir besar banget sekitar 4 kg. Dan itupun aku aku gak bias bayangin betapa susahnya ibu mengandungku.
Setelah aku ditimbang dan di bersihkan, aku di bedong oleh bu bidan, yya maklumlah aku lahir di pedesaan.
Selesai sudah acara pembersihan badankudan pembedonganku, saatnya aku di gendong ayahku dan di azani oleh ayahku. Ayahku mengazaniku sambil menangis gembira. Karena aku telah selamat menginjakkan di bumi ini.
Seminggupun berlalu aku di beri nama Yahya Satriya Atmajaya. Namaku ini cetusan dari ibuku, “Pak, seumpomo bocah iki tak jenengke Yahya Satriya Atmajaya, pie pak pendapatmu” kata ibuku ke ayahku. Ayahkupun menjawabnya “ Iya, Tapi artine opo buk?”. “Artine,yahya kuwi aku pengen duwe anak lanang, terus iki wes di paring ank lanang, koyo nabi Zakaria AS. kae pak. Satriya artine ben bocah iki sok ben bisa dadi bocah kang satriya, atmajaya artine ben dadi bocah kang iso mendem njero ndrajat e wong tuwane lan iso nggapai cita-citane pak” papar ibuku. Setelah difikir-fikir nama itulah yang pantas untukku.
Bulan demi bulanpun  berlalu, akhirnya aku berumur 7 bulan. Gak terasa waktu begitu cepat. Pada saat aku umur 7 bulan dirumahku diadakan acara 7 bulanan, atau disebut acara piton-piton jawanya. Pada acara itu dihibur oleh music hadrah. Dan semua anggota keluargaku amat sangat senang.
Namun, kesenangan itu tidak berlangsung lama, keesokan harinya aku kejang-kejang, dan aku segera dilarikan kerumah sakit. Meskipun waktu itu ayah dan ibu tak ada uang sepeserpun untuk biaya. Sebagian acara piton-pitonpun yang nanggung kakaknya kakekku. Tapi, masalah biaya difikir belakangan. Yang penting aku sembuh.
Aku dirumah sakit step pertama selama 5 hari. Sedangkan ibuku pontang panting kesana kemari mencari pinjaman uang. Sampek-sampek tetanggaku pun juga ikut mencarikan bantuan. Ayahkupun sampek kesurabaya mencari pinjaman kesanak family di kota itu. Kalau alm nenekku hanya bias berdoa dan menemaniku selalu dirumah sakit.
Ketika mendengar aku kritis, ibukulah yang paling bisa merasakan itu, maklum dulu belum punya HP jadi lewat kontak batin ibuku tahu. Ibuku langsung pergi kerumah sakit. Ibuku seperti orang kesurupan, 2 tempat tidur dirumah sakit diloncati, demi untuk lebih cepat dating kekamarku.
Sesampai di kamarku ibukupun menangis keras dan berkata “ ya alloohh lee, kwe nyapo kok koyo ngene”, sambil menangis ibuku berkata seperti itu.
Tetapi ketika ayahku disurabaya di telpn, beliau langsung pingsan dirumah saudaraku yang ada di Surabaya.
Saat aku kritis ibuku tiada hentinya berdoa agar aku lekas diberikan kesembuhan.
Dan berita bahagiapun datang, 2 hari kemudian aku berhasil melewati masa-masa kritisku, dan ibukupun mulai bisa tersenyum kembali. Dan sanak family mulai banyak yang menjengukku. Mungkin ini semua berkat Alloh SWT. Yang telah memberikan kesembuhan yang amat sangat tak ternilai harganya.
Namun, Alloh SWT berkehendak lain lagi, 12 hari kemudian aku step lagi. Dan step itu sangat akut dan ditambah penyempitan pada alat kelaminku. Dokter memperkirakan aku akan hidup sekitar 7 hari kedepan. Tetapi, sang ibuku hanya bisa pasrah dan menangis disampingku. Ibuku selalu berdoa agar aku bisa sembuh.
Jalan satu-satunya aku normal saat buang airkecil dengan cara disunat, jadi aku disunat waktu aku masih kecil banget. Waktu itu yang memegangi saat disunat ayahku.
Saat dihari ke 4 aku mulai sesak nafas. Dan di umur 7 bulan aku harus bernafas tersengal-sengal. Ibuku pun semakin panik, ibukupun langsung menghubungi kakak kakekku. Ibuku mengadukan semua keadaan yang ada pada waktu itu.
Langsung keesokan harinya kakak kakekku dating dari banyuwangi beliau seorang kyai. Dirumah sakitpun diadakan baca surat yasin, agar aku lekas sembuh.
Namun ketika beliau menatab mataku beliau seolah menemukan sesuatu. Beliau yang langsung mengatakan ke kuping sebelah kananku,”le, Yahya putuku, kowe jenengmu tak ganti Danang Qolil, wes yo le ojo loro meneh”.
Seusai mengatakan itu ke kuping kananku, beliau langsung bilang kepada ibuku,”nduk, anakmu tak ganti jenenge Danang Qolil, saiki kowe gawe o berkat, ayo diadakake brokohan maneh”. Langsung saja alm nenekku membuatkan berkat kecil-kecilan untuk dibagikan ke orang-orang yang ada disitu.
Tepat hari ke 7 , jam 1 siang aku telah selesai menjalani masa kritisku. Ibu dan seluruh anggota keluargaku akhirnya lega, karena aku masih hidup. Tetangga-tenanggaku juga ikut senang atas berakhirnya masa kritisku. Akhirnya aku pulang kerumah seminggu kemudian. Dan aku juga telah mematahkan prediksi dokter. Genap 30 hari aku berjuang dirumah sakit.
Hanya sujud syukur yang tiada hentinya aku berikan kepada Alloh SWT. Dan kini aku kembali seperti sedia kala, dan aku tumbuh dengan normal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar